Penyakit yang ditularkan nyamuk itu menyerang warga sejak dua pekan lalu namun hingga Jumat (17/2/2017) sebagian korban masih terbaring di kasur dan sebagian lainnya sudah sembuh.
Pantauan Solopos.com di rumah Widodo, 56, salah satu warga yang terkena chikungunya, kondisi pencahayaan rumah minim. Widodo mengaku terserang penyakit chikungunya bersama istrinya, Wagiyem, dan anaknya, Khoirul Anwar, 16.
Widodo mengatakan sehari sebelumnya sudah bisa berjalan dan aktivitas ringan di rumah setelah berobat ke Puskesmas Sukoharjo. “Anak saya sudah dua hari tidak masuk sekolah karena badannya masih lemas.”
Ketua RT 003, Dukuh Mojo, Syamsu Kamarudin, mengatakan ada belasan warga yang terserang penyakit chikungunya di satu kompleks. “Ada 11 penderita chikungunya di tujuh rumah. Penderita mayoritas satu keluarga. Sebagian sudah sembuh tetapi sebagian lagi masih dalam perawatan. Selain chikungunya, ada beberapa warga yang menderita panas tubuh.”
Dia menegaskan akan menggalakkan kebersihan lingkungan. Minggu (19/2/2017) akan diadakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Syamsu juga menyarankan agar masyarakat tidak membangun bak mandi permanen tetapi menggunakan ember agar air bak bisa dikuras setiap saat.
Hal senada dikatakan Lurah Gayam, Havid Danang. Didampingi Sekretaris Kelurahan Gayam, Sugeng Setyo, Havid meminta DKK menggencarkan sosialisasi penyakit demam berdarah dan chikungunya.
Havid menyatakan lokasi serangan chikungunya tak jauh dari Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo. “Kami menilai kesadaran kebersihan lingkungan warga Mojo masih kurang sehingga sarang nyamuk ada di mana-mana. Kami mendorong peran aktif masyarakat ikut membersihkan lingkungan agar terhindar dari penyakit.”
Sementara itu, Petugas Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang (P2B2) Puskesmas Sukoharjo, Puji Rahayu, menjelaskan pengecekan jentik dua hari lalu hasilnya 50%. “Minimal ABJ 95% tetapi di Mojo ABJ-nya 50% sehingga jentik nyamuk ditemukan di sarang-sarang nyamuk. Penyakit chikungunya itu berdampingan dengan penyakit demam berdarah karena nyamuknya sama hanya berbeda virus,” jelasnya.
Puji menilai lingkungan dan kesadaran masyarakat menjadi faktor penentu merebaknya penyakit chikungunya. “Kami berharap masyarakat sadar akan 3M [menguras, menutup, dan mengubur] barang bekas yang tidak terpakai lagi.”
0 komentar:
Posting Komentar